Thursday, April 6, 2017

Kajian Drama (Analisis Unsur Intrinsik PAGI BENING)

PAGI BENING
Unsur Intrinsik

1.    Tema  : Pertemuan seorang tokoh wanita dengan pria yang pernah ia kenal
2.    Tokoh & penokohan
a.    Donna Laura      : Wanita tua yang berumur kira-kira 70 tahun, tegas, dan masih nampak jelas bahwa dulunya cantik dan tindak tanduknya menunjukkan bahwa mentalnya juga baik.
b.     Don Gonzalo    : Lelaki tua yang berumur kira-kira 70 tahun lebih, tegas, agak congkak atau sombong dan selalu tampak tidak sabaran.
c.     Petra                 : Gadis pembantu Laura orangnya ramah dan sangat penurut dengan donna laura.
d.    Juanito              : Pemuda pembantu Gonzalo orangnya baik, sopan, ramah dan sangat penurut dengan don gonzalo.

3.    Alur / Plot
Stanton (1965: 14) mengemukakan alur adalah cerita yang berisi kejadian tetapi tokoh-tokoh tersebut adalah unsur penting dalam sebuah cerita. Pentingnya unsur tersebut pada fungsi tokoh yang memainkan suatu peran sehingga cerita tersebut dapat dipahami oleh pembaca. Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2000: 113) mengemukakan bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat dan peristiwa yang lain.
Alur disebut juga plot. Alur adalah jalinan atau rangkaian peristiwa berdasarkan hubungan waktu dan hubungan sebab- akibat. Sebuah alur cerita juga harus menggambarkan jalannya cerita dari awal (pengenalan) sampai akhir (penyelesaian). Alur cerita terjalin dari rangkaian ketiga unsur, yaitu dialog, petunjuk laku, dan latar/setting. Sebuah alur dapat dikelompokkan dalam beberapa tahapan, sebagai berikut.  
a.    Pengenalan
Pengenalan merupakan bagian permulaan pementasan drama, pengenalan para tokoh (terutama tokoh utama), latar pentas, dan pengungkapan masalah yang akan dihadapi penonton.
Perhatikan penggalan teks drama berikut ini!.
(Donna laura masuk, berpegangan tangan pada petra. tangannya yang lain membawa payung yang juga untuk tongkatnya ).

b.    Pertikaian
Setelah tahap pengenalan, drama bergerak menuju pertikaian yaitu pelukisan pelaku yang mulai terlibat ke dalam masalah pokok.
Perhatikan penggalan teks drama berikut ini!
Laura          : (marah). Awas hati-hati!
Gonzalo     : Apa Senora berbicara dengan saya?
Laura          : Ya, dengan tuan!
Gonzalo     : Ada apa?
Laura          : Tuan menakut-nakuti burung-burung merpati saya!
Gonzalo     : Peduli apa burung-burung itu!
Laura          : Apa, ha?
Gonzalo     : Ini taman umum, Senora!
Laura          : Tapi kenapa tadi tuan mengutuki pendeta-pendeta di sana itu?
Gonzalo     : Senora, tapi kita belum pernah jumpa! Dan kenapa tadi Senora menegur saya? Ayo, juanito! (melangkah ke kanan)
Laura          : Buruk amat perangai si tuan itu! Kenapa orang mesti jadi tolol dan pandir kalau sudah meningkat tua? (melihat ke kanan). Syukur. Ia tidak mendapat bangku! Itu, orang yang menakut-nakuti merpati-merpatiku. Ha, ia marah-marah. Ya, ayo, carilah bangku kalau kau dapat! Aduh, kasihan, ia menyeka keringat di dahi. Nah, itu dia kemari lagi. Debu-debu mengepul seperti kereta lewat! (juanito dan gonzalo masuk)
Pada kutipan di atas terlihat bahwa drama sudah mulai masuk ke dalam tahap pertikaian atau konflik. Penggambaran masalah sudah semakin jelas bahwa ada bahaya yang menghampiri mereka.

c.    Puncak
Pada tahap ini pelaku mulai terlibat dalam masalah-masalah pokok dan keadaan dibina untuk menjadi lebih rumit lagi. Keadaan yang mulai rumit ini, berkembang hingga  menjadi krisis. Pada tahap ini penonton dibuat berdebar, penasaran  ingin mengetahui  penyelesaiannya.

Perhatikan  petikan drama berikut ini!
Laura          : Maricella. Apa tuan  pernah mendengarnya? 
Gonzalo     : Tak asing lagi nama itu ... ah, kita tambah tua tambah pelupa ... di Villa itu dulu ada seorang wanita paling cantik yang pernah saya lihat dan saya kenal. Dan namanya ... O ya, Laura Liorento!
Laura          : (Kaget) Laura Liorento?
Gonzalo     : Benar (mereka saling tatap)
Laura          : (sadar lagi) Ah, tak apa-apa, hanya mengingatkan saya pada teman karib saya.
Gonzalo     : Aneh juga.
Laura          : Memang aneh! Dia diberi sebutan “ Perawan Bagai Perak”.
Gonzalo     : Tepat, “Perawan Bagai Perak”. Nama itulah yang terkenal di sana. Sekarang saya seperti melihatnya kembali di jendela di antara kembang mawar merah itu. Nyonya ingat jendela itu?
Laura          : Ya, saya ingat itulah jendela kamarnya.
Gonzalo     : Dulu dia suka berjam-jam di jendela.
Laura          : (melamun) Ya, memang dulu dia suka begitu.
Pada kutipan di atas dapat dilihat bahwa puncak masalah itu  adalah ketia Laura terkejut dengan pernyataan-pernyataan yang diucapkan Gonzalo sewaktu ia masih tinggal di Villa Maricella.

d.   Penyelesaian
Pada tahap ini dilukiskan bagaimana sebuah drama berakhir dengan penyelesaian yang menggembirakan atau menyedihkan.  Bahkan dapat pula diakhiri dengan hal yang bersifat samar sehingga mendorong  penonton untuk mengira-ngira dan memikirkan sendiri akhir sebuah cerita.
Perhatikan penggalan teks  drama berikut ini!
Laura          : Tak salah, dialah Gonzalo!
Gonzalo     : (ke samping) Tak salah, dialah Laura! (mereka masing-masing melambaikan tangan)
Laura          : Mungkinkah dia itu benar orangnya?
Gonzalo     : Ya Allah, diakah orangnya itu?
(keduanya tersenyum)
Pada tahap penyelesaian drama ini dapat dilihat bahwa drama ini berakhir dengan tanda tanya karena permasalahan itu di akhiri dengan sebuah senyuman rasa ketidakpastian diantara keduanya. Ini semua disebabkan karena tidak adanya kejujuran diantara mereka.

4.    Latar/ Setting
-          Di taman
5.    Sudut  pandang
     Sudut pandang ke-3 orang yang serba tahu

6.    Gaya bahasa
Berikut gaya bahasa yang terdapat pada drama “Pagi Bening” :
a.    Personifikasi, adalah semacam gaya bahasa yang menyatakan seolah-olah benda mati itu hidup. Perhatikan  petikan drama berikut ini!
Laura                 : Adios! (memandang ke arah pepohonan). Ha, mereka datang. Mereka tahu kapan mesti datang menemui aku (bangkit dan menyerahkan remah-remah roti). Ini buat yang putih, ini untuk yang coklat, dan ini untuk yang paling kecil tapi kenes. (tertawa dan duduk lagi memandang merpati yang sedang makan). Ah, merpati-merpati yang manis. Itu yang besar mesti lebih dulu, kentara dari kepalanya yang besar, dan itu ... aduh , kenes benar. Hai, yang satu itu selesai mematuk terus terbang ke dahan. Bersunyi diri. Agaknya ia suka berfilsafat. Tapi dari mana saja mereka ini datang? Seperti kabar angin saja! Meluas dengan mudah. Ha, ha, jangan bertengkar. Masih banyak. Besok kubawakan yang lebih banyak lagi!

Laura                 : Saya pun merasa enak sekarang.  (ke samping) Obat itu telah mendamaikan kami rupanya!

b.    Hiperbola, adalah gaya bahasa yang menyatakan melebih-lebihkan.
Gonzalo             : Kalau tidak percaya, tanyakan saja kepada kelinci-kelinci dan burung-burung.
Laura                 : Ya, membunuh waktu! Apa hanya waktu saja bisa tuan bunuh?
Gonzalo             : Ya, Senora. Tiap Minggu saya menyandang bedil bersama anjing saya pergi ke Arazaca. Iseng-iseng berburu! Membunuh waktu!
Gonzalo             : Nyonya kira begitu? Saya bisa menunjukkan kepala beruang besar dikamar saya!
Laura                 : Dan saya juga bisa menunjukkan kepala singa di kamar tamu saya, meskipun saya bukan pemburu!
c.    Ironi, adalah gaya bahasa yang menyatakan sindiran.
Gonzalo             : Juanito! Buku! Bosan mendengarkan nonsense macam itu!

Laura                 : Alangkah sopan santun tuan ini!

No comments:

Pidato mengenai Krisis Pengolahan Sampah

Krisis Pengolahan Sampah  Assalamu’alaikum.wr.wb Yang saya hormati, Bapak dosen pengampu mata kuliah Retorika Bapak Arif Setiawan ...