BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Alur gerak
bahasa banyak dipengaruhi oleh perkembangan masyarakat penuturnya. Hal ini
merupakan fakta empiris yang implikasinya belum lama disadari dalam
perkembangan telaah bahasa. Bukti ini dapat terlihat dalam perbandingan dua
teks dari abad yang berbeda. Adapun perubahan dan perkembangan bahasa, banyak
dipengaruhi oleh gerak migrasi dan kontak social. Gerak yang dipengaruhi oleh
perpindahan penutur bahasa dari daerah satu ke daerah lain disebut gerak
migrasi. Sedangkan bahasanya dipengaruhi oleh kontak sosial, yakni apabila ada
dua atau lebih kelompok penutur bahasa tersebut memiliki tingkat interaksi
tinggi. Kondisi ini mengakibatkan perubahan dan perkembangan bahasa yang
terjadi relative sama. Sebaliknya, apabila ada dua atau lebih kelompok penutur
bahasa memiliki tingkat interaksi yang rendah atau bahkan terputus, maka
kelompok penutur bahasa tersebut akan mengalami perkembangan bahasa yang
relative berbeda.
Perbedaan ragam
bahasa yang terjadi, dapat diklasifikasikan dengan cara pengelompokkan bahasa-bahasa
berdasarkan topik-topik tertentu dengan mengadakan generalisasi bagi tiap
kelompok. Ciri-ciri tertentu yang dimiliki bersama oleh sejumlah bahasa, dan
beberapa kelompok bahasa-bahasa tersebut dimasukkan dalam satu kelompok yang
homogeny, dan beberapa kelompok dapat dimasukkan lagi dalam kelompok –kelompok
yabg lebih besar. Semakin besar kelompok yang dihasilkan berdasar cirri-ciri
tertentu, semakin sedikit jumlah kelas kata bahasa yang ada, dan semakin sempit
keanggotaan kelompok semakin banyak jumlah kelas kata bahasa yang diperoleh.
Hal terpenting, bahwa bahasa-bahasa dikelompokkan dalam satu kesatuan bahasa
tersebut mirip satu sama lain.
Kemiripan atau
kesamaan bentuk dan makna sebagai akibat dari perkembangan sejarah yang sama
atau perkembangan dari suatu bahasa proto yang sama. Bahasa-bahasa yang
mempunyai hubungan yang sama atau berasal dari suatu bahasa proto yang sama,
kemudian berkembang menjadi bahasa-bahasa baru, maka dimasukkan dalam satu
keluarga bahasa (language family)
yang berarti bentuk kerabat.Linguistik Hirtoris Komparatif adalah ilmu bahasa
yang mempersoalkan bahasa dalam bidang waktu tertentu, serta mengkaji perubahan
unsure bahasa yang terjadi dalam bidang waktu tertentu (Keraf, 1990:22).
Prinsip dasar
yang harus dipegang dalam Linguistik Historis Komparatif adalah dua bahasa atau
lebih dapat dikatakan kerabat apabila bahasa-bahasa tersebut berasal dari satu
bahasa yang dipakai pada masa lampau. Selama pemakaiannya, semua bahasa
mengalami perubahan dan bahasa bisa pecah menjadi dua atau lebih bahasa
turunan. Adanya hubungan kekerabatan antara dua bahasa atau lebih ditentukan
oleh adanya kesamaan bentuk dan makna.
Aspek bahasa
yang tepat dijadikanobjek perbandingan adalah bentuk dan makna.
Kesamaan-kesamaan bentuk dan makna itu akan lebih meyakinkan, karena
bantuk-bentuk tersebut memperlihatkan kesamaan semantic. Kesamaan bentuk dan
makna tersebut sebagai pantulan dari sejarah warisan yang sama. Bahasa-bahasa
kerabat yang berasal dari bahasa proto yang sama selalu akan memperlihatkan
kesamaan sistem bunyi (fonetik) dan
susunan bunyi (fonologis).
Asumsi mengenai
kata kerabat yang berasal dari sebuah bahasa proto yang didasarkan pada
beberapa kenyataan berikut. Pertama,
ada sebuah kosa kata dari kelompok bahasa tertentu secara relative memperlihatkan
kesamaan yang besar apabila dibandingkan dengan kelompok lainnya. Kedua, perubahan fonetis dalam sejajar bahasa-bahasa
tertentu memperlihatkan pula sifat yang terstur. Keteraturan ini oleh Grimm
dinamakan Hukum Bunyi. Ketiga,
semakin dalam kita menelusuri sejarah bahasa-bahasa kerabat akan semakin banyak
kesamaan antara pokok-pokok yang dibandingkan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah di atas, maka rumusan masalah makalah ini sebagai berikut:
1. Apa pengertian linguistikhistoris komparatif?
2. Bagaimana hubungan hukum bunyi dengan korespondensi bunyi?
3. Bagaimana metode korespondensi fonemis?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan:
1. Untukmendeskripsikanpengertianlinguistikhistoris komparatif.
2. Untukmendeskripsikanhubungan hukum bunyi dengan
korespondensi bunyi.
3. Untukmendeskripsikanmetode korespondensi fonemis.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 LinguistikHistorisKomparatif
Linguistik Historis Komparatif adalah ilmu bahasa yang mempersoalkan bahasa dalam bidang
waktu tertentu, serta mengkaji perubahan unsur bahasa yang terjadi dalam bidang
waktu tertentu (Keraf, 1990: 22).
Prinsip dasar yang
harus dipegang dalam Linguistik Historis Komparatif adalah dua bahasa atau
lebih dapat dikatakan kerabat apabila bahasa-bahasa tersebut berasal dari satu
bahasa yang dipakai pada masa lampau. Selama pemakaiannya, semua bahasa
mengalami perubahan dan bahasa bisa pecah menjadi dua atau lebih bahasa
turunan. Adanya hubungan kekerabatan antara dua bahasa atau lebih ditentukan
oleh adanya kesamaan bentuk dan makna.
Bentuk-bentuk kata
yang sama antara berbagai bahasa dengan makna yang sama, diperkuat lagi dengan
kesamaan-kesamaan unsur-unsur tata bahasa, dapat dijadikan dasar penentuan
bahwa bahasa-bahasa tersebut berkerabat, yang diturunkan daru satu bahasa proto
yang sama.
Tujuan dan Manfaat
Linguistik Historis Komparatif, dengan memperhatikan luas lingkupnya adalah:
1. Menekankan
hubungan-hubungan antara bahasa-bahasa serumpun dengan mengadakan perbandingan
mengenai unsure-unsur yang menunjukkan hubungan dan tingkat kekerabatan antar
bahasa-bahasa itu.
2. Mengadakan
rekontruksi bahasa-bahasa yang ada dewasa ini kepada bahasa-bahasa yang
dianggap lebih tua atau menemukan bahasa-bahasa proto yang menurunkan bahasa
kontemporer.
3. Mengadakan
pengelompokan (sub-grouping) bahasa-bahasa yang termasuk dalam
suatu rumpun bahasa. Ada beberapa bahasa yang memperlihatkan keanggotannya
lebih dekat satu sama lain apabila dibandingkan dengan beberapa anggota lainnya
(Keraf, 1990: 23).
Aspek bahasa yang
tepat dijadikan objek perbandingan adalah bentuk dan makna. Kesamaan-kesamaan
bentuk dan makna itu akan lebih meyakinkan, karena bantuk-bentuk tersebut
memperlihatkan kesamaan semantic. Kesamaan bentuk dan makna tersebut sebagai
pantulan dari sejarah warisan yang sama. Bahasa-bahasa kerabat yang berasal
dari bahasa proto yang sama selalu akan memperlihatkan kesamaan sistem
bunyi (fonetik) dan susunan bunyi (fonologis).
Asumsi mengenai kata
kerabat yang berasal dari sebuah bahasa proto yang didasarkan pada beberapa
kenyataan berikut. Pertama, ada sebuah kosa kata dari kelompok
bahasa tertentu secara relatif memperlihatkan kesamaan yang besar apabila
dibandingkan dengan kelompok lainnya. Kedua, perubahan fonetis
dalam sejarah bahasa-bahasa tertentu memperlihatkan pula sifat yang tersruktur.
Keteraturan ini oleh Grimm dinamakan Hukum Bunyi. Ketiga, semakin
dalam kita menelusuri sejarah bahasa-bahasa kerabat akan semakin banyak
kesamaan antara pokok-pokok yang dibandingkan.
Berikut ini merupakan
diagram alir secara sederhana logika berpikir dalam metode linguistik
komparatif:

2.2 Hukum dan Korespondensi Bunyi
Istilah korespondensi
berasal dari adanya kritik atas hukum bunyi yang dirumuskan oleh Juggrammatiker
pada abad XIX. Kritik itu didasari atas 2 (dua) alasan, yakni idealisme dan materialisme. Alasan idealisme dimotori
oleh aliran Neo-Linguistica mengatakan bahwa setiap manusia memiliki kebebasan
untuk mencipta sendiri tanpa terikat oleh hukum-hukum atau peraturan-peraturan
tertentu. Dengan alasan ini bahasa tidak bisa diatur, dihukum dan diredusir
dalam rumus-rumus atau hukum-hukum tertentu. Bahasa merupakan hasil idealisme
yang timbul dalam diri tiap manusia, dan berkembang seiring daya cipta manusia.
Sebaliknya aliran Rusia (N.Marr), dengan aliranmaterialisme mengatakan
bahwa rumus-rumus yang dikemukakan oleh Junggrammatiker terlalu abstrak
sifatnya dan tidak mengindahkan soal-soal sosial di masyarakat. Dalam hidupnya,
manusia selalu berada di bawah tekanan kerja. Oleh karena itu, manusia harus
terus-menerus memperhatikan sejarah, perubahan-perubahan, dan sebagainya yang
terjadi di masyarakat. Manusia tidak boleh diikat oleh kaidah-kaidah atau
hukum-hukum tertentu (Erawati, 2006:212).
Kedua aliran yang
membantah aliran Juggrammatiker di atas tidak berhasil menggantikan teori atau
dasar pemikiran Junggrammatiker. Akhirnya, ahli-ahli linguistik Amerika
menerima dasar pemikiran Junggrammatiker dengan menambahkan perbaikan-perbaikan
tertentu, agar hasil yang dicapai dapat dipertanggungjawabkan. Ahli-ahli
linguistik Amerika bertolak dari bidang fonologi dengan membandingkan
pasangan-pasangan kata yang tercatat, apakah pasangan itu mengandung kesamaan
fonologis (bentuk) dan makna atau tidak (Keraf, 1994: 48-49). Mengingat istilah
hukum bunyi mengandung tendensi adanya ikatan yang ketat, maka istilah itu
diganti dengan istilah korespondensi bunyi atau kesepadanan bunyi.
2.3 MetodeKorespondensi Fonemis
Perubahan-perubahan
bunyi yang dibandingkan disusun dalam perangkat korespondensi bunyi. Korespondensi
merupakan perubahan bunyi yang muncul secara teratur dalam bahasa yang
diperbandingkan. Dari aspek linguistik, perubahan bunyi yang disebut
korespondensi terjadi karena persyaratan lingkungan linguistik tertentu
(Mahsun, 1995: 28-29).
Untuk menyusun
korespondensi bahasa yang diperbandingkan digunakan metode perbandingan. Keraf
(1984: 34) mendefinisikan metode perbandingan sebagai alat untuk menyusun
perangkat ciri-ciri yang berkorespondensi dari unsur-unsur yang diperbandingkan
dengan macam-macam bahasa. Abstraksinya adalah berupa perangkat korespondensi
fonemis.Contoh
Perangkat Korespondensi Fonemis Bahasa Melayu Bali, Bahasa Sasak, dan Bahasa
Sumbawa
Perangkat Korespondensi Fonemis /ə ~ e/
Gloss
|
BMB
|
BS
|
K. Fonemis
|
apa
|
apə
|
ape
|
ə ~ e
/-#
|
antar
|
antər
|
anter
|
ə ~ e /
-C#
|
bara
|
barə
|
bare
|
ə ~ e
/-#
|
baca
|
bacə
|
bace
|
ə ~ e / -#
|
batas
|
batəs
|
bates
|
ə ~ e /-C#
|
gaya
|
gayə
|
gaye
|
ə ~ e / -#
|
cara
|
carə
|
care
|
ə ~ e /-#
|
ikat
|
ikət
|
iket
|
ə ~ e /-C#
|
catat
|
catət
|
catet
|
ə ~ e /-C#
|
jaga
|
jagə
|
jage
|
ə ~ e /-#
|
hangat
|
haŋət
|
haŋet
|
ə ~ e /-C#
|
kaca
|
kacə
|
kace
|
ə ~ e /-#
|
harap
|
harəp
|
harep
|
ə ~ e /-C#
|
lalat
|
lalət
|
lalet
|
ə ~ e /-C#
|
paksa
|
paksə
|
pakse
|
ə ~ e /-#
|
Perangkat
Korespondensi fonemis /ə ~ e /,
merupakan refleksi dari proto fonem Austronesia. Proto fonem PAN */a/ dalam
bahasa Bali direfleksikan menjadi fonem
/ə/, dan dalam bahasa Sasak direfleksikan menjadi fonem /e/. perubahan fonem
tersebut pada posisi penultima terbuka dan tertutup. Pada posisi penultima
tertutup, apabila diikuti oleh konsonan bilabial /p/, /m/, konsonan palatal
/t/, /s/, /n/, /l/, /r/, dan konsonan dorsovelar /k/.
Perangkat
Korespondensi Fonemis / h ~ q /
Gloss
|
BMB
|
BS
|
K. Fonemis
|
asah
|
Asah
|
asaq
|
h ~ q / -#
|
basah
|
Basah
|
basaq
|
h ~ q /-#
|
basuh
|
Bisoh
|
bisoq
|
h ~ q /-#
|
buah
|
Buah
|
buaq
|
h ~ q /-#
|
pecah
|
bəlah
|
bilaq
|
h ~ q /-#
|
salah
|
Salah
|
salaq
|
h ~ q /-#
|
tanah
|
Tanah
|
tanaq
|
h ~ q /-#
|
belah
|
Belah
|
belaq
|
h ~ q /-#
|
Perangkat
Korespondensi Fonemis / h ~ q /, merupakan refleksi dari proto fonem
Austronesia. Proto fonem PAN */q/ tetap dipertahankan dalam bahasa Sasak,
sedangkan dalam bahasa Bali direfleksikan menjadi fonem /h/, perubahan fonem
tersebut hanya terjadi pada posisi ultima tertutup
2.3.1 Rekurensi
Fonemis
Setiap
korespondensi yang didapat harus diperkuat dengan sejumlah rekurensi fonemis (phonetic recurrence) yaitu prosedur
untuk menemukan perangkat bunyi yang muncul secara berulang-ulang dalam
sejumlah pasang kata. Hasil proses rekurensi pada pasangan-pasangan kaya
mengindikasikan korenspondensi fonemis pada bahasa yang diperbandingkan,
terlihat pada:
Contoh Rekurensi Fonemis Bahasa Bali dan Bahasa
Sasak dalam korespondensi fonemis /ə ~ e
Tabel
1
Rekurensi
Fonemis yang muncul pada sejumlah pasang kata yang memiliki perangkat
korespondensi fonemis /ə ~ e / pada
posisi ultima tertutup dalam bahasa Bali dan bahasa Sasak.
Gloss
|
|
![]() |
|
|
|
-#
|
|
|
BB
|
BS
|
K. Fonemis
|
Apa
|
apə
|
ape
|
ə ~ e
/-#
|
Bara
|
barə
|
bare
|
ə
~ e /-#
|
Baca
|
bacə
|
bace
|
ə ~ e / -#
|
Gaya
|
gayə
|
gaye
|
ə
~ e / -#
|
Cara
|
carə
|
care
|
ə ~ e /-#
|
Jaga
|
jagə
|
jage
|
ə
~ e /-#
|
Kaca
|
kacə
|
kace
|
ə
~ e /-#
|
Paksa
|
paksə
|
pakse
|
ə
~ e /-#
|
Tabel
2
Rekurensi
Fonemis yang muncul pada sejumlah pasang kata yang memiliki perangkat
korespondensi fonemis /ə ~ e / pada
posisi penultima tutup dalam bahasa Bali dan bahasa Sasak.
Gloss
|
|
![]() |
C= bilabial,Palatal,
|
|
|
-C#
|
Dorsovelar
|
|
BB
|
BS
|
K. Fonemis
|
Antar
|
antər
|
anter
|
ə ~ e /
-C#
|
Batas
|
batəs
|
bates
|
ə ~ e /-C#
|
Ikat
|
ikət
|
iket
|
ə
~ e /-C#
|
Catat
|
catət
|
catet
|
ə ~ e /-C#
|
Hangat
|
haŋət
|
haŋet
|
ə ~ e /-C#
|
Harap
|
harəp
|
harep
|
ə ~ e /-C#
|
Lalat
|
lalət
|
lalet
|
ə
~ e /-C#
|
Rekurensi Fonemis Bahasa Bali dan Bahasa Sasak dalam
korespondensi fonemis/h ~ q/
Tabel
3
Rekurensi
Fonemis yang muncul pada sejumlah pasang kata yang memiliki perangkat
korespondensi fonemis /h ~ q / pada
posisi ultima dalam bahasa Bali dan bahasa Sasak.
Gloss
|
BMB
|
BS
|
K. Fonemis
|
Asah
|
asah
|
asaq
|
h ~ q / -#
|
Basah
|
basah
|
basaq
|
h ~ q /-#
|
Basuh
|
bisoh
|
bisoq
|
h ~ q /-#
|
Buah
|
buah
|
buaq
|
h ~ q /-#
|
Pecah
|
bəlah
|
bilaq
|
h ~ q /-#
|
Salah
|
salah
|
salaq
|
h ~ q /-#
|
Tanah
|
tanah
|
tanaq
|
h ~ q /-#
|
Belah
|
belah
|
belaq
|
h ~ q /-#
|
SIMPULAN
Berdasarkan
analisis yang telah diuraikan, maka dapat ditarik simpulan bahwa antara bahasa
Bali dan bahasa Sasak memperlihatkan korespondensi fonemis yang muncul secara
teratur.Formula korespondensi dalam bahasa Bali dan bahasa Sasak yang didapat
adalah:

*a > BB =
ə
BS =
e
-C# (/p/, /m/, /t/,
/s/, /n/, /l/, /r/, /k/)
Proto
fonem */a/ mengalami split, yang direfleksikanmenjadiduafonem, yakni */a/
dalambahasa Bali direfleksikanmenjadifonem /ə/, sedangkan */a/
dalambahasaSasakdirefleksikanmenjadifonem /e/.
![]() |
*h
> BB = h
BS =
q
-#
Proto
fonem */q/ mengalami split, yang dipantulkan menjadi dua fonem, yakni proto
fonem */q/ dalam bahasa Sasak tetap dipertahankan, sedangkan dalam bahasa Bali
direfleksikan menjadi /h/
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aspek bahasa yang
tepat dijadikan objek perbandingan adalah bentuk dan makna. Kesamaan-kesamaan
bentuk dan makna itu akan lebih meyakinkan, karena bantuk-bentuk tersebut
memperlihatkan kesamaan semantik. Kesamaan bentuk dan makna tersebut sebagai
pantulan dari sejarah warisan yang sama. Bahasa-bahasa kerabat yang berasal
dari bahasa proto yang sama selalu akan memperlihatkan kesamaan sistem
bunyi (fonetik) dan susunan bunyi (fonologis).
Asumsi mengenai kata
kerabat yang berasal dari sebuah bahasa proto yang didasarkan pada beberapa
kenyataan berikut. Pertama, ada sebuah kosa kata dari kelompok
bahasa tertentu secara relatif memperlihatkan kesamaan yang besar apabila
dibandingkan dengan kelompok lainnya. Kedua, perubahan fonetis
dalam sejarah bahasa-bahasa tertentu memperlihatkan pula sifat yang tersruktur.
Keteraturan ini oleh Grimm dinamakan Hukum Bunyi. Ketiga, semakin
dalam kita menelusuri sejarah bahasa-bahasa kerabat akan semakin banyak
kesamaan antara pokok-pokok yang dibandingkan.
Istilah korespondensi
berasal dari adanya kritik atas hukum bunyi yang dirumuskan oleh Juggrammatiker
pada abad XIX. Kritik itu didasari atas 2 (dua) alasan, yakni idealisme dan materialisme.
Ahli-ahli linguistik Amerika bertolak dari bidang fonologi dengan membandingkan
pasangan-pasangan kata yang tercatat, apakah pasangan itu mengandung kesamaan
fonologis (bentuk) dan makna atau tidak (Keraf, 1994: 48-49).
Untuk menyusun
korespondensi bahasa yang diperbandingkan digunakan metode perbandingan. Keraf
(1984: 34) mendefinisikan metode perbandingan sebagai alat untuk menyusun
perangkat ciri-ciri yang berkorespondensi dari unsur-unsur yang diperbandingkan
dengan macam-macam bahasa. Abstraksinya adalah berupa perangkat korespondensi
fonemis.
DAFTAR
PUSTAKA
Erawati, Ni Ketut Ratna. 2006. Perian
Deskriptif Korespondensi Bunyi dalam Bahasa
Jawa Kuna. Bali: Universitas Udayana. Pustaka,
Volume VI No. 12 Hal. 211-221.
Hernandez, Inyo Yos. 1994. Linguistik
Historis Komparatif: Pengantar di Bidang
Teori. Yogyakarta (handout).
Keraf, Gorys. 1994. Linguistik
Bandingan Historis. Jakarta: Gramedia.
Kwary, Deny A. 2011. Gambaran
Umum Ilmu Bahasa(Linguistik).
No comments:
Post a Comment