Wednesday, April 5, 2017

Linguistik Historis Komparatif (METODE KORESPONDENSI FONEMIS)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Alur gerak bahasa banyak dipengaruhi oleh perkembangan masyarakat penuturnya. Hal ini merupakan fakta empiris yang implikasinya belum lama disadari dalam perkembangan telaah bahasa. Bukti ini dapat terlihat dalam perbandingan dua teks dari abad yang berbeda. Adapun perubahan dan perkembangan bahasa, banyak dipengaruhi oleh gerak migrasi dan kontak social. Gerak yang dipengaruhi oleh perpindahan penutur bahasa dari daerah satu ke daerah lain disebut gerak migrasi. Sedangkan bahasanya dipengaruhi oleh kontak sosial, yakni apabila ada dua atau lebih kelompok penutur bahasa tersebut memiliki tingkat interaksi tinggi. Kondisi ini mengakibatkan perubahan dan perkembangan bahasa yang terjadi relative sama. Sebaliknya, apabila ada dua atau lebih kelompok penutur bahasa memiliki tingkat interaksi yang rendah atau bahkan terputus, maka kelompok penutur bahasa tersebut akan mengalami perkembangan bahasa yang relative berbeda.
Perbedaan ragam bahasa yang terjadi, dapat diklasifikasikan dengan cara pengelompokkan bahasa-bahasa berdasarkan topik-topik tertentu dengan mengadakan generalisasi bagi tiap kelompok. Ciri-ciri tertentu yang dimiliki bersama oleh sejumlah bahasa, dan beberapa kelompok bahasa-bahasa tersebut dimasukkan dalam satu kelompok yang homogeny, dan beberapa kelompok dapat dimasukkan lagi dalam kelompok –kelompok yabg lebih besar. Semakin besar kelompok yang dihasilkan berdasar cirri-ciri tertentu, semakin sedikit jumlah kelas kata bahasa yang ada, dan semakin sempit keanggotaan kelompok semakin banyak jumlah kelas kata bahasa yang diperoleh. Hal terpenting, bahwa bahasa-bahasa dikelompokkan dalam satu kesatuan bahasa tersebut mirip satu sama lain.
Kemiripan atau kesamaan bentuk dan makna sebagai akibat dari perkembangan sejarah yang sama atau perkembangan dari suatu bahasa proto yang sama. Bahasa-bahasa yang mempunyai hubungan yang sama atau berasal dari suatu bahasa proto yang sama, kemudian berkembang menjadi bahasa-bahasa baru, maka dimasukkan dalam satu keluarga bahasa (language family) yang berarti bentuk kerabat.Linguistik Hirtoris Komparatif adalah ilmu bahasa yang mempersoalkan bahasa dalam bidang waktu tertentu, serta mengkaji perubahan unsure bahasa yang terjadi dalam bidang waktu tertentu (Keraf, 1990:22).
Prinsip dasar yang harus dipegang dalam Linguistik Historis Komparatif adalah dua bahasa atau lebih dapat dikatakan kerabat apabila bahasa-bahasa tersebut berasal dari satu bahasa yang dipakai pada masa lampau. Selama pemakaiannya, semua bahasa mengalami perubahan dan bahasa bisa pecah menjadi dua atau lebih bahasa turunan. Adanya hubungan kekerabatan antara dua bahasa atau lebih ditentukan oleh adanya kesamaan bentuk dan makna.  
Aspek bahasa yang tepat dijadikanobjek perbandingan adalah bentuk dan makna. Kesamaan-kesamaan bentuk dan makna itu akan lebih meyakinkan, karena bantuk-bentuk tersebut memperlihatkan kesamaan semantic. Kesamaan bentuk dan makna tersebut sebagai pantulan dari sejarah warisan yang sama. Bahasa-bahasa kerabat yang berasal dari bahasa proto yang sama selalu akan memperlihatkan kesamaan sistem bunyi (fonetik) dan susunan bunyi (fonologis).
Asumsi mengenai kata kerabat yang berasal dari sebuah bahasa proto yang didasarkan pada beberapa kenyataan berikut. Pertama, ada sebuah kosa kata dari kelompok bahasa tertentu secara relative memperlihatkan kesamaan yang besar apabila dibandingkan dengan kelompok lainnya. Kedua, perubahan fonetis dalam sejajar bahasa-bahasa tertentu memperlihatkan pula sifat yang terstur. Keteraturan ini oleh Grimm dinamakan Hukum Bunyi. Ketiga, semakin dalam kita menelusuri sejarah bahasa-bahasa kerabat akan semakin banyak kesamaan antara pokok-pokok yang dibandingkan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah makalah ini sebagai berikut:
1.  Apa pengertian linguistikhistoris komparatif?
2.  Bagaimana hubungan hukum bunyi dengan korespondensi bunyi?
3.  Bagaimana metode korespondensi fonemis?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan:
1.      Untukmendeskripsikanpengertianlinguistikhistoris komparatif.
2.      Untukmendeskripsikanhubungan hukum bunyi dengan korespondensi bunyi.
3.      Untukmendeskripsikanmetode korespondensi fonemis.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1 LinguistikHistorisKomparatif
Linguistik Historis Komparatif adalah ilmu bahasa yang mempersoalkan bahasa dalam bidang waktu tertentu, serta mengkaji perubahan unsur bahasa yang terjadi dalam bidang waktu tertentu (Keraf, 1990: 22).
Prinsip dasar yang harus dipegang dalam Linguistik Historis Komparatif adalah dua bahasa atau lebih dapat dikatakan kerabat apabila bahasa-bahasa tersebut berasal dari satu bahasa yang dipakai pada masa lampau. Selama pemakaiannya, semua bahasa mengalami perubahan dan bahasa bisa pecah menjadi dua atau lebih bahasa turunan. Adanya hubungan kekerabatan antara dua bahasa atau lebih ditentukan oleh adanya kesamaan bentuk dan makna.  
Bentuk-bentuk kata yang sama antara berbagai bahasa dengan makna yang sama, diperkuat lagi dengan kesamaan-kesamaan unsur-unsur tata bahasa, dapat dijadikan dasar penentuan bahwa bahasa-bahasa tersebut berkerabat, yang diturunkan daru satu bahasa proto yang sama.
Tujuan dan Manfaat Linguistik Historis Komparatif, dengan memperhatikan luas lingkupnya adalah:
1.   Menekankan hubungan-hubungan antara bahasa-bahasa serumpun dengan mengadakan perbandingan mengenai unsure-unsur yang menunjukkan hubungan dan tingkat kekerabatan antar bahasa-bahasa itu.
2.   Mengadakan rekontruksi bahasa-bahasa yang ada dewasa ini kepada bahasa-bahasa yang dianggap lebih tua atau menemukan bahasa-bahasa proto yang menurunkan bahasa kontemporer.
3.  Mengadakan pengelompokan (sub-grouping) bahasa-bahasa yang termasuk dalam suatu rumpun bahasa. Ada beberapa bahasa yang memperlihatkan keanggotannya lebih dekat satu sama lain apabila dibandingkan dengan beberapa anggota lainnya (Keraf, 1990: 23).
Aspek bahasa yang tepat dijadikan objek perbandingan adalah bentuk dan makna. Kesamaan-kesamaan bentuk dan makna itu akan lebih meyakinkan, karena bantuk-bentuk tersebut memperlihatkan kesamaan semantic. Kesamaan bentuk dan makna tersebut sebagai pantulan dari sejarah warisan yang sama. Bahasa-bahasa kerabat yang berasal dari bahasa proto yang sama selalu akan memperlihatkan kesamaan sistem bunyi (fonetik) dan susunan bunyi (fonologis).
Asumsi mengenai kata kerabat yang berasal dari sebuah bahasa proto yang didasarkan pada beberapa kenyataan berikut. Pertama, ada sebuah kosa kata dari kelompok bahasa tertentu secara relatif memperlihatkan kesamaan yang besar apabila dibandingkan dengan kelompok lainnya. Kedua, perubahan fonetis dalam sejarah bahasa-bahasa tertentu memperlihatkan pula sifat yang tersruktur. Keteraturan ini oleh Grimm dinamakan Hukum Bunyi. Ketiga, semakin dalam kita menelusuri sejarah bahasa-bahasa kerabat akan semakin banyak kesamaan antara pokok-pokok yang dibandingkan.
Berikut ini merupakan diagram alir secara sederhana logika berpikir dalam metode linguistik komparatif:
2.2 Hukum dan Korespondensi Bunyi
Istilah korespondensi berasal dari adanya kritik atas hukum bunyi yang dirumuskan oleh Juggrammatiker pada abad XIX. Kritik itu didasari atas 2 (dua) alasan, yakni idealisme dan materialisme. Alasan idealisme dimotori oleh aliran Neo-Linguistica mengatakan bahwa setiap manusia memiliki kebebasan untuk mencipta sendiri tanpa terikat oleh hukum-hukum atau peraturan-peraturan tertentu. Dengan alasan ini bahasa tidak bisa diatur, dihukum dan diredusir dalam rumus-rumus atau hukum-hukum tertentu. Bahasa merupakan hasil idealisme yang timbul dalam diri tiap manusia, dan berkembang seiring daya cipta manusia. Sebaliknya aliran Rusia (N.Marr), dengan aliranmaterialisme mengatakan bahwa rumus-rumus yang dikemukakan oleh Junggrammatiker terlalu abstrak sifatnya dan tidak mengindahkan soal-soal sosial di masyarakat. Dalam hidupnya, manusia selalu berada di bawah tekanan kerja. Oleh karena itu, manusia harus terus-menerus memperhatikan sejarah, perubahan-perubahan, dan sebagainya yang terjadi di masyarakat. Manusia tidak boleh diikat oleh kaidah-kaidah atau hukum-hukum tertentu (Erawati, 2006:212).
Kedua aliran yang membantah aliran Juggrammatiker di atas tidak berhasil menggantikan teori atau dasar pemikiran Junggrammatiker. Akhirnya, ahli-ahli linguistik Amerika menerima dasar pemikiran Junggrammatiker dengan menambahkan perbaikan-perbaikan tertentu, agar hasil yang dicapai dapat dipertanggungjawabkan. Ahli-ahli linguistik Amerika bertolak dari bidang fonologi dengan membandingkan pasangan-pasangan kata yang tercatat, apakah pasangan itu mengandung kesamaan fonologis (bentuk) dan makna atau tidak (Keraf, 1994: 48-49). Mengingat istilah hukum bunyi mengandung tendensi adanya ikatan yang ketat, maka istilah itu diganti dengan istilah korespondensi bunyi atau kesepadanan bunyi.

      2.3 MetodeKorespondensi Fonemis                                                                             
Perubahan-perubahan bunyi yang dibandingkan disusun dalam perangkat korespondensi bunyi. Korespondensi merupakan perubahan bunyi yang muncul secara teratur dalam bahasa yang diperbandingkan. Dari aspek linguistik, perubahan bunyi yang disebut korespondensi terjadi karena persyaratan lingkungan linguistik tertentu (Mahsun, 1995: 28-29).
Untuk menyusun korespondensi bahasa yang diperbandingkan digunakan metode perbandingan. Keraf (1984: 34) mendefinisikan metode perbandingan sebagai alat untuk menyusun perangkat ciri-ciri yang berkorespondensi dari unsur-unsur yang diperbandingkan dengan macam-macam bahasa. Abstraksinya adalah berupa perangkat korespondensi fonemis.Contoh Perangkat Korespondensi Fonemis Bahasa Melayu Bali, Bahasa Sasak, dan Bahasa Sumbawa
Perangkat Korespondensi Fonemis /ə  ~ e/ 
Gloss
BMB
BS
K. Fonemis
apa
apə
ape
ə  ~ e  /-#
antar
antər
anter
ə  ~ e  / -C#
bara
barə
bare
ə  ~ e  /-#
baca
bacə
bace
ə  ~ e  / -#
batas
batəs
bates
ə  ~ e  /-C#
gaya
gayə
gaye
ə  ~ e  / -#
cara
carə
care
ə  ~ e  /-#
ikat
ikət
       iket      
ə  ~ e  /-C#
catat
catət
catet
ə  ~ e  /-C#
jaga
jagə
jage
ə  ~ e  /-#
hangat
haŋət
haŋet
ə  ~ e  /-C#
kaca
kacə
kace
ə  ~ e  /-#
harap
harəp
harep
ə  ~ e  /-C#
lalat
lalət
lalet
ə  ~ e  /-C#
paksa
paksə
pakse
ə  ~ e  /-#

Perangkat Korespondensi fonemis /ə  ~ e /, merupakan refleksi dari proto fonem Austronesia. Proto fonem PAN */a/ dalam bahasa  Bali direfleksikan menjadi fonem /ə/, dan dalam bahasa Sasak direfleksikan menjadi fonem /e/. perubahan fonem tersebut pada posisi penultima terbuka dan tertutup. Pada posisi penultima tertutup, apabila diikuti oleh konsonan bilabial /p/, /m/, konsonan palatal /t/, /s/, /n/, /l/, /r/, dan konsonan dorsovelar /k/.
Perangkat Korespondensi Fonemis / h ~ q /
Gloss
BMB
BS
K. Fonemis
asah
Asah
asaq
h ~ q  / -#
basah
Basah
basaq
h ~ q  /-#
basuh
Bisoh
bisoq
h ~ q  /-#
buah
Buah
buaq
h ~ q  /-#
pecah
bəlah
bilaq
h ~ q  /-#
salah
Salah
salaq
h ~ q  /-#
tanah
Tanah
tanaq
h ~ q  /-#
belah
Belah
belaq
h ~ q  /-#

Perangkat Korespondensi Fonemis  / h ~ q  /, merupakan refleksi dari proto fonem Austronesia. Proto fonem PAN */q/ tetap dipertahankan dalam bahasa Sasak, sedangkan dalam bahasa Bali direfleksikan menjadi fonem /h/, perubahan fonem tersebut hanya terjadi pada posisi ultima tertutup
2.3.1 Rekurensi Fonemis
Setiap korespondensi yang didapat harus diperkuat dengan sejumlah rekurensi fonemis (phonetic recurrence) yaitu prosedur untuk menemukan perangkat bunyi yang muncul secara berulang-ulang dalam sejumlah pasang kata. Hasil proses rekurensi pada pasangan-pasangan kaya mengindikasikan korenspondensi fonemis pada bahasa yang diperbandingkan, terlihat pada:
Contoh Rekurensi Fonemis Bahasa Bali dan Bahasa Sasak dalam korespondensi fonemis /ə  ~ e
Tabel 1
Rekurensi Fonemis yang muncul pada sejumlah pasang kata yang memiliki perangkat korespondensi fonemis /ə  ~ e / pada posisi ultima tertutup dalam bahasa Bali dan bahasa Sasak.
Gloss

ə  ~  e



      -#


BB
BS
K. Fonemis
Apa
apə
ape
ə  ~ e  /-#
Bara
barə
bare
ə  ~ e  /-#
Baca
bacə
bace
ə  ~ e  / -#
Gaya
gayə
gaye
ə  ~ e  / -#
Cara
carə
care
ə  ~ e  /-#
Jaga
jagə
jage
ə  ~ e  /-#
Kaca
kacə
kace
ə  ~ e  /-#
Paksa
paksə
pakse
ə  ~ e  /-#

Tabel 2
Rekurensi Fonemis yang muncul pada sejumlah pasang kata yang memiliki perangkat korespondensi fonemis /ə  ~ e / pada posisi penultima tutup dalam bahasa Bali dan bahasa Sasak.
Gloss

ə  ~  e
C= bilabial,Palatal,


           -C#
       Dorsovelar


BB
BS
K. Fonemis
Antar
antər
anter
ə  ~ e  / -C#
Batas
batəs
bates
ə  ~ e  /-C#
Ikat
ikət
iket
ə  ~ e  /-C#
Catat
catət
catet
ə  ~ e  /-C#
Hangat
haŋət
haŋet
ə  ~ e  /-C#
Harap
harəp
harep
ə  ~ e  /-C#
Lalat
lalət
lalet
ə  ~ e  /-C#

Rekurensi Fonemis Bahasa Bali dan Bahasa Sasak dalam korespondensi fonemis/h  ~ q/
Tabel 3
Rekurensi Fonemis yang muncul pada sejumlah pasang kata yang memiliki perangkat korespondensi fonemis /h  ~ q / pada posisi ultima dalam bahasa Bali dan bahasa Sasak.
Gloss
BMB
BS
K. Fonemis
Asah
asah
asaq
h ~ q  / -#
Basah
basah
basaq
h ~ q  /-#
Basuh
bisoh
bisoq
h ~ q  /-#
Buah
buah
buaq
h ~ q  /-#
Pecah
bəlah
bilaq
h ~ q  /-#
Salah
salah
salaq
h ~ q  /-#
Tanah
tanah
tanaq
h ~ q  /-#
Belah
belah
belaq
h ~ q  /-#
SIMPULAN
Berdasarkan analisis yang telah diuraikan, maka dapat ditarik simpulan bahwa antara bahasa Bali dan bahasa Sasak memperlihatkan korespondensi fonemis yang muncul secara teratur.Formula korespondensi dalam bahasa Bali dan bahasa Sasak yang didapat adalah:
     
             *a > BB          = ə
                     BS          = e
                                                   -C# (/p/, /m/, /t/, /s/, /n/, /l/, /r/, /k/)
            Proto fonem */a/ mengalami split, yang direfleksikanmenjadiduafonem, yakni */a/ dalambahasa Bali direfleksikanmenjadifonem /ə/, sedangkan */a/ dalambahasaSasakdirefleksikanmenjadifonem /e/.
 


            *h > BB          = h
                    BS           = q
                                                    -#
            Proto fonem */q/ mengalami split, yang dipantulkan menjadi dua fonem, yakni proto fonem */q/ dalam bahasa Sasak tetap dipertahankan, sedangkan dalam bahasa Bali direfleksikan menjadi /h/



BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Aspek bahasa yang tepat dijadikan objek perbandingan adalah bentuk dan makna. Kesamaan-kesamaan bentuk dan makna itu akan lebih meyakinkan, karena bantuk-bentuk tersebut memperlihatkan kesamaan semantik. Kesamaan bentuk dan makna tersebut sebagai pantulan dari sejarah warisan yang sama. Bahasa-bahasa kerabat yang berasal dari bahasa proto yang sama selalu akan memperlihatkan kesamaan sistem bunyi (fonetik) dan susunan bunyi (fonologis).
Asumsi mengenai kata kerabat yang berasal dari sebuah bahasa proto yang didasarkan pada beberapa kenyataan berikut. Pertama, ada sebuah kosa kata dari kelompok bahasa tertentu secara relatif memperlihatkan kesamaan yang besar apabila dibandingkan dengan kelompok lainnya. Kedua, perubahan fonetis dalam sejarah bahasa-bahasa tertentu memperlihatkan pula sifat yang tersruktur. Keteraturan ini oleh Grimm dinamakan Hukum Bunyi. Ketiga, semakin dalam kita menelusuri sejarah bahasa-bahasa kerabat akan semakin banyak kesamaan antara pokok-pokok yang dibandingkan.
Istilah korespondensi berasal dari adanya kritik atas hukum bunyi yang dirumuskan oleh Juggrammatiker pada abad XIX. Kritik itu didasari atas 2 (dua) alasan, yakni idealisme dan materialisme. Ahli-ahli linguistik Amerika bertolak dari bidang fonologi dengan membandingkan pasangan-pasangan kata yang tercatat, apakah pasangan itu mengandung kesamaan fonologis (bentuk) dan makna atau tidak (Keraf, 1994: 48-49).
Untuk menyusun korespondensi bahasa yang diperbandingkan digunakan metode perbandingan. Keraf (1984: 34) mendefinisikan metode perbandingan sebagai alat untuk menyusun perangkat ciri-ciri yang berkorespondensi dari unsur-unsur yang diperbandingkan dengan macam-macam bahasa. Abstraksinya adalah berupa perangkat korespondensi fonemis.


DAFTAR PUSTAKA

Erawati, Ni Ketut Ratna. 2006. Perian Deskriptif Korespondensi Bunyi dalam Bahasa
Jawa Kuna. Bali: Universitas Udayana. Pustaka, Volume VI No. 12 Hal. 211-221.

Hernandez, Inyo Yos. 1994. Linguistik Historis Komparatif: Pengantar di Bidang
Teori. Yogyakarta (handout).

Keraf, Gorys. 1994. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: Gramedia.

Kwary, Deny A. 2011. Gambaran Umum Ilmu Bahasa(Linguistik).
http://www.kwary.net/linguistics/gl.htm., diakses tanggal 8Oktober 2016.

Mahsun. 1995. Dialektologi Diakronis: 

No comments:

Pidato mengenai Krisis Pengolahan Sampah

Krisis Pengolahan Sampah  Assalamu’alaikum.wr.wb Yang saya hormati, Bapak dosen pengampu mata kuliah Retorika Bapak Arif Setiawan ...